Senin, 22 Desember 2008

Betulkah Dengkul Bisa Kopong?



Bisik-bisik di antara kita soal dengkul kopong dan cara jalan yang menggambarkan keperawanan, sudah sering kita dengar. Semua itu mitos atau fakta sih ?


Mitos adalah suatu ungkapan yang belum tentu benar, tetapi sudah dianggap/diyakini benar oleh masyarakat. Kita mendapatkan mitos ini dari generasi sebelum kita secara turun-temurun, baik itu secara langsung ataupun lewat catatan sejarah, cerita, buku, dll. Kita menerima pandangan atau opini yang turun temurun itu sebagai sesuatu yang paten dan sudah tidak bisa dikompromi apalagi diubah.


Berikut ini adalah sebagian mitos yang banyak beredar di sekitar kita dan mungkin juga menjadi pendapat kita selama ini.

  • Keperawanan dapat dilihat dari bentuk pinggul dan cara berjalan. Faktanya, keperawanan tidak bisa dilihat dari bentuk pinggul atau cara berjalan. Keperawanan memiliki dua aspek, yaitu aspek fisik (mengacu pada selaput dara) yang hanya bisa diketahui melalui hasil pemeriksaan dokter. Jadi, hanya pemeriksaan khususlah yang memungkinkan diketahuinya selaput dara robek atau tidak serta penyebabnya. Kedua, aspek sosial yang mengacu pada apakah seorang perempuan sudah pernah melakukan hubungan seks atau belum.


  • Selaput dara yang robek berarti pemiliknya sudah pernah melakukan hubungan seksual alias tidak perawan lagi. Faktanya, tidak selalu demikian. Selaput dara merupakan selaput kulit yang tipis yang dapat meregang dan robel karena beberapa hal. Selain karena melakukan hubungan seks, selaput dara juga bisa robek karena melakukan olah raga tertentu, seperti : naik sepeda dan berkuda. Karena itu, robeknya selaput dara belum tentu karena hubungan seksual. Malah ada juga perempuan yang walaupun sudah menikah dan berhubungan seks berkali-kali tapi selaput daranya masih utuh dan tidak koyak karena selaput daranya sangat elastis.


  • Hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan keluarnya darah dari vagina. Faktanya, tidak selalu hubungan seks yang pertama kali itu berdarah. Selaput dara ini merupakan selaput kulit yang memiliki pembuluh darah. Apabila robekan terjadi pada bagian yang terdapat pembuluh darahnya maka terjadi pendarahan, tapi bila robekan tidak mengenai pembuluh darah, pendarahan tidak akan terjadi.


  • Dorongan seksual laki-laki lebih besar daripada perempuan. Faktanya, dorongan seksual merupakan hal yang alamiah muncul pada setiap individu pada umumnya sejak ia menginjak masa pubertas (akibat berfungsinya hormon seksual). Faktor yang mempengaruhi dorongan seksual antara lain : kepribadian, pola sosialisasi, dan pengalaman seksual. Dorongan seksual perempuan terkesan lebih kecil dibanding laki-laki karena lingkungan menganggap perempuan yang mengekspresikan dorongan seksualnya adalah perempuan yang 'kurang baik', sementara laki-laki tidak masalah. Oleh karena itu, perempuan lebih terbiasa menahan dorongan seksualnya.


  • Perempuan yang berdada besar dorongan seksualnya besar. Faktanya tidak seperti itu. Secara medis, tidak ada hubungan langsung antara ukuran payudara dengan dorongan seksual seseorang. Dorongan seksual disebabkan oleh berfungsinya hormon seksual yang didukung oleh kepribadian, pola sosialisasi, dan pengalaman seksual (melihat, mendengar, atau merasakan suatu rangsangan seksual).


  • Berhubungan seks dengan pacar merupakan bukti cinta. Faktanya, berhubungan seks bukan merupakan cara untuk menunjukkan kasih sayang pada saat masih pacaran, melainkan lebih sering disebabkan adanya dorongan seksual yang tidak terkontrol dan keinginan untuk mencoba-coba. Rasa sayang kita dengan pacar bia ditunjukkan dengan cara lain.


  • Masturbasi bisa menyebabkan dengkul kopong ? Faktanya, masturbasi tidak menyebabkan dengkul menjadi kopong. Sperma tidak diproduksi dan tidak disimpan di dalam lutut, melainkan testis. Pada tubuh remaja laki-laki yang sehat, setiap hari sperma diproduksi lebih dari 50 juta sel. Setelah masturbasi, biasanya timbul rasa lelah karena masturbasi mengeluarkan energi. Itulah yang mebuat lemas, bukan karena lututnya jadi kosong.


  • Sering masturbasi bisa membuat mandul. Faktanya, secara medis, masturbasi tidak mengganggu kesehatan fisik selama dilakukan secara aman (tidak menimbulkan luka/lecet). Risiko fisik biasanya berupa kelelahan. Pengaruh masturbasi biasanya bersifat psikologis, seperti : perasaan bersalah, berdosa, dan kadarnya berbeda-beda bagi setiap orang. Kemandulan biasanya akibat dari PMS atau penyakit lainnya seperti kanker atau karena sebab fisik lainnya, misalnya kualitas sperma yang kurang baik.


  • Minum coke dapat mempercepat selesainya menstruasi. Faktanya, menstruasi adalah proses pendarahan yang disebabkan luruhnya dinding rahim sebagai akibat tidak adanya pembuahan. Sakit tidaknya atau lancar tidaknya menstruasi seseorang selain dipengaruhi faktor psikis, bukan karena minum coke.


  • PMS dapat dicegah dengan mencuci alat kelamin. Faktanya, tidak ada sabun atau desinfektan (seperti betadine, detol atau alkohol) apa pun yang dapat mencegah PMS. Pada perempuan, mencuci bagian dalam vagina akan mempertinggi resiko terkena keputihan karena sabun dapat mengurangi kadar keasaman permukaan vagina yang sebetulnya berfungsi untuk membunuh kuman-kuman yang ada.


  • Seseorang dapat tertular PMS melalui WC atau kamar mandi. Faktanya, kuman penyebab PMS hanya ada di cairan vagina, air mani, dan terkadang didarah. Kalau salah satu cairan tersebut ada di tolilet atau kamar mandi, kuman tersebut tidak dapat hidup cukup lama dan kemudian akan menular ke orang lain. Yang perlu diingat bahwa seseorang akan tertular PMS jika kuman-kuman PMS tersebut masuk ke dalam tubuh sehingga kecil kemungkinannya terjadi penularan pada kegiatan sehari-hari.


  • Loncat-loncat setelah berhubungan seks tidak akan menyebabkan kehamilan. Faktanya, ketika sperma sudah memasuki vagina, maka sperma akan mencari sel telur yang telah matang untuk dibuahi. Loncat-loncat tidak akan mengeluarkan sperma. Jadi, tetap ada kemungkinan untuk terjadinya pembuahan atau kehamilan.



Mitos-mitos tersebut ternyata memang sudah berakar dan hidup subur di masyarakat. Pengaruh mitos-mitos tersebut masih sangat kuat, bahkan di antara kita masih banyak yang mempercayainya sehingga tidak jarang kita temui kasus-kasus yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi bermula dari keyakinan terhadap mitos-mitos tersebut. Hal itu terjadi karena tidak lengkapnya informasi tentang kesehatan reproduksi yang bia kita akses, baik melalui lembaga formal seperti sekolah, keluarga atau masyarakat pada umumnya.


Sekarang tergantung kepada diri masing-masing, apakah kita akan menelan mentah-mentah mitos tersebut ataukah kita akan menganalisisnya lebih lanjut guna menguji kebenarannya. Kalau kita masih terpengaruh dengan mitos-mitos di atas, yang rugi yaaa diri kita sendiri....=p

2 komentar:

  1. ..Ya..ya..ya,it's too much for me..it swings up my head.Keep in touch n salute for your hardwork..

    BalasHapus
  2. waaaaaaaaa....postingannya mengarah ke alat kelamin mlulu. nah ya mulai nakal,ehehe bercanda.

    mantap artikelnya mba. jgn bosen isi artikel yha

    BalasHapus